Pertemuan Seteru Abadi
Pertemuan kedua tim dibabak semifinal Piala Indonesia musim ini dipastikan akan berlangsung ketat. Mengingat tim manapun yang nantinya berhasil keluar sebagai pemenangnya akan langsung melaju ke babak final.
Selain hal di atas rivalitas Persipura dan Sriwijaya dikancah sepak bola nasional yang membuat keduanya selalu dianggap sebagai seteru abadi di dunia sepak bola tanah air akan menambah panas suasana pertandingan.
Sriwijaya seakan menjadi simbol kekuatan tim ISL wilayah barat, sementara Persipura menjadi salah satu tolak ukur sepak bola di wilayah timur. Rivalitas kedua tim sudah terjadi sejak kurang lebih 4 tahun lalu.
Dua kali takluk di final Pial Indonesia secara beruntun membuat para pemain "Mutiara Hitam" mengusung misi balas dendam pada pertandingan sore ini. Bila melihat statistik pertemua keduanya baik di ISL maupun di Piala Indonesia, Persipura lebih unggul. dari tujuh kali pertemuan Persipura menang 3 kali, kalah 2 kali, dan seri 2 kali.
Kali terakhir kedua tim bertemu saat kompetisi ISL di Stadion Jaka Bangir Palembang, markas dari Sriwijaya FC beberapa waktu. Saat itu Persipura berhasil mengalahkan Sriwijaya dengan skor 2-1.
Kapten Persipura Eduard Ivakdalam mengatakan, para pemain Persipura tidak ingin lagi gagal untuk ke empat kalinya setelah tiga musim berturut-turut hanya selalu keluar sebagai runner up Piala Indonesia.
“Kami sudah siap menghadapi Sriwijaya. Walaupun nantinya Sriwijaya akan mendapatkan dukungan lebih besar dari suporter mereka, namun Persipura sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini,” kata Edu.
Sementara dari kubu Sriwijaya FC, sang mentor, Rahmad Dermawan juga mengaku timnya sudah siap menghadapi Persipura. Namun pelatih yang pernah membawa Persipura juara Liga Indonesia pada tahun 2005 itu meminta para pemainnya untuk tetap mewaspadai lawan mereka.
“Anak-anak harus tetap mewaspadai permainan cepat Persipura. Para pemain kunci mereka seperti Boaz Solossa dan Ian Kabes harus terus dipressing pergerakannya. Karena selain skill yang dimilikinya bagus, keduanya juga memiliki kecepatan,” ujar Rahmad Dermawan.
Kekhawatiran Rahmad Dermawan terhadap Boaz Solossa bukan tanpa alasan mengingat pemain kelahiran 1986 itu, adalah salah satu pemain yang setiap saat mampu menciptakan teror di depan gawang lawan.
0 komentar:
Posting Komentar