Mengapa Ba'asyir Kembali Ditangkap?
Polisi menyergap iringan mobil Ba'asyir saat melintas di daerah Banjar, Patroman, Ciamis. Rombongan Ba'asyir terdiri dua mobil sedang menuju ke Jawa Tengah. Ba'asyir dan istrinya, Aisyah Baraja, naik Toyota Kijang. Di belakangnya, ada mobil anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Sekitar pukul 08.15 WIB, puluhan aparat Densus 88 Antiteror Polri, tim Gegana, dan aparat Polres Banjar mencegat rombongan itu. Sempat terjadi perlawanan, yang mengakibatkan kaca mobil Ba'asyir pecah dihantam aparat. Penangkapan Ba'asyir relatif cepat. "Tidak sampai lima menit," kata Kapolres Banjar, Ajun Komisaris Besar Teddy Hermansyah.
Mengapa Ba'asyir, tokoh Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo, yang sebelumnya di penjara dengan dakwaan aksi teror itu, kini kembali ditangkap?
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Edward Aritonang mengungkapkan, polisi punya serangkaian bukti kuat keterkaitan Ba'asyir dalam aksi teror belakangan ini. Benang keterkaitan itu dimulai dari Aceh, lalu Pejaten, dan Jawa Barat.
Serangkaian tuduhan
Di Aceh, Ba'asyir diduga berperan penting terbentuknya kamp pelatihan teroris di Jalin, Jantho, Aceh Besar. Dia merestui, mendanai dan mengangkat sejumlah orang yang menjadi pengikutnya. "Terutama dalam pembentukan basis perjuangan militer," kata Edward di Markas Besar Kepolisian, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Senin 9 Agustus 2010.
Diduga atas petunjuk Ba'asyir lah, Ustad Mustakim dan Mustofa alias Abu Thalib ditetapkan menjadi pengelola lokasi kamp pelatihan aksi teror itu. "Dia juga diduga menunjuk Dulmatin sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut di lapangan."
Tak hanya di Aceh. Polri juga menduga, Ba'asyir ada di belakang aksi teror kawanan Abdullah Sunata, yang diduga akan menyerang peringatan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2010, dengan sasaran Presiden dan sejumlah pejabat negara. Tuduhan lain adalah kelompok itu akan mendeklarasikan negara syariah Islam, Tandzim Al-Qaidah Serambi Mekah.
Lebih lanjut, polisi menuduh Ba'asyir merestui dan menunjuk Abdullah Sunata memimpin aksi-aksi teror di Indonesia, termasuk penyerangan pos polisi di Jawa Tengah oleh Yuli Karsono. "Dia (Sunata) berada di bawah ABB [Abu Bakar Ba'asyir]," kata Edward.
Yang terbaru, dugaan keterlibatan Ba'asyir menguat setelah penangkapan lima tersangka teroris di Cibiru, Cileunyi, Padalarang, dan Subang, Sabtu 7 Agustus 2010.
Gofur, salah satu terduga teroris dibekuk di daerah Subang, ditangkap beserta barang bukti sejumlah amunisi dan bahan peledak.
Juga disita mobil Mitsubishi Galant bernomor polisi B 1600 KE yang siap digunakan untuk bom mobil. Mobil itu adalah milik warga Prancis yang saat ini buron.
Polri juga menemukan bom berdaya ledak tinggi yang dibawa oleh terduga teroris Kurnia Widodo alias Ujang, Sarjana lulusan Teknik Kimia tahun 2000 yang dibekuk di Padalarang, Bandung.
Bom itu terpaksa diledakkan, dan ternyata punya daya ledak tinggi. "Dari laporan didapat, ledakan itu mengakibatkan tembok rumah dua lantai yang disiapkan itu terpisah, bergeser, dan roboh," ujar Edward.
Kelompok ini juga diketahui membangun atau membuat laboratorium bom di Cikuda, Kecamatan Cibiru, Bandung. "Dan bahkan melakukan dua kali uji coba ledakan di pegunungan di Jawa Barat. Di Sumedang," tambah Edward.
SBY sebagai sasaran
Selain bahan peledak di Jawa Barat, polisi juga menemukan sketsa sasaran teror, antara lain Markas Brimob Polda Bandung di Cibiru, beberapa hotel bertaraf internasional, Markas Besar Kepolisian, dan lebih dari dua Kedutaan Besar asing. Termasuk ancaman kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Terkait presiden, belum menemukan data pendukung. Tapi kami tahu dari awal [presiden] sudah jadi target mereka. Itu diketahui dari dokumen mereka," tambah Edward.
Markas Besar Kepolisian membenarkan penangkapan teroris di Jawa Barat rencana terkait kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Ciwidey, Jawa Barat, 7 Agustus 2010.
Ketika aksi teror tercium sebelumnya, pengamanan super ketat diberlakukan, dikoordinasikan dengan pasukan pengawal presiden.
Presiden SBY juga pernah mengungkap ancaman itu, saat dia berkunjung ke Sekolah Calon Tamtama Rindam III Siliwangi, Jawa Barat, Sabtu 7 Agustus 2010.
Pada Jumat malam, Yudhoyono mengaku mendapat laporan dari tim pengamanan. Laporan itu sama sekali tak menyenangkan. "Saya mendapat laporan dari jajaran pengamanan, ada anak bangsa yang punya niat tidak baik di sekitar Ciwedey," ujar Presiden Yudhoyono.
Ba'asyir: "Ini rekayasa Amerika"
Penangkapan ini bukanlah yang pertama bagi Ba'asyir. Pada 1982, dia ditangkap bersama Abdullah Sungkar atas tuduhan menolak asas tunggal Pancasila. Keduanya divonis 9 tahun penjara. Dua tahun kemudian, saat kasusnya sampai ke tahap kasasi, Ba'asyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke Malaysia.
Pada 2002, Ba'asyir dieksekusi atas kasus 'kadaluarsa', yang terjadi pada 1982, sebelum akhirnya Mahkamah Agung (MA) memutuskan tak jadi menghukumnya. Tiga tahun kemudian, 3 Maret 2005, Ba'asyir dinyatakan bersalah atas konspirasi serangan bom 2002. Tetapi dia tidak bersalah atas tuduhan terkait bom 2003. Dia divonis 2,6 tahun penjara.
Salah satu pengacara Abu Bakar Ba'asyir, M Assegaf, mengatakan sekian lama kliennya memang selalu target. "Dari dulu selalu jadi target mulai dari bom Bali, sampai bom di Jakarta," kata Assegaf dalam perbincangan dengan VIVAnews, Senin 9 Agustus 2010.
Namun, kata dia, dua kali sidang itu tidak pernah Ba'asyir terbukti terlibat dalam aksi terorisme. Tentang penangkapan ini, Ba'asyir kembali mengulang bahwa dia kerap dijadikan target. "Ini rekayasa Amerika," katanya saat tiba di Mabes Polri, Jakarta, Senin 9 Agustus 2010.
Tiba di Mabes Polri, Ba'asyir tampak mengenakan baju koko warna putih, dan mengenakan peci putih. Lelaki gaek itu dikawal pasukan Densus 88 bersenjata lengkap, dan anggota polisi berseragam preman.
Pengalihan isu?
Sejumlah pendukung Ba'asyir meragukan tudingan polisi. Direktur Pesantren Al Mukmin Ngruki, Wahyudin mengatakan, pihaknya tak yakin Ba'asyir terlibat terorisme. "Penangkapan ini sebagai pengalihan isu carut marutnya masalah kepolisian," kata Wahyudin.
Pada pernyataan resmi Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT). Organisasi pimpinan Abu Bakar Ba'asyir itu menilai penangkapan Ba'asyir sebagai pengalihan isu.
Seperti diketahui, Mabes Polri tengah diterpa isu tak sedap soal kepemilikan rekening gendut, dengan jumlah mencurigakan, milik sejumlah mantan dan pejabat tinggi Polri. JAT juga menuding penangkapan dilakukan demi prestasi Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, yang sebentar lagi masuk masa pensiun.
Mabes Polri membantah semua tudingan pendukung Ba'asyir itu. "Tidak ada tendensi apa-apa. Apakah politik, atau hal-hal lain. Murni profesional masalah hukum," tegas Kabareskrim, Komisaris Jenderal Ito Sumardi.
Juru bicara Mabes Polri Irjen Edward Aritonong menegaskan hal serupa. "Tidak ada pengalihan isu apapun. Ini murni rangkaian penyelidikan yang sudah lama," demikian tegas Edward menjawab pertanyaan wartawan, Senin 9 Agustus 2010.
Yang jelas, penangkapan Ba'asyir ada dampaknya. Analis senior dari International Crisis Group (ICG), Sidney Jones, mengatakan penangkapan Ba'asyir akan menyebabkan pergerakan JAT kian lemah.
Peran Abu Bakar Ba'asyir dalam jaringan teroris di Acehmenurut Sidney sangat kuat. Sebagai Amir Jamaah Ansharut Tauhid, dia punya peran merestui, mendanai, dan mengangkat orang-orang yang menjadi pengikutnya.
"Perannya lebih dari urusan spiritual. Dia juga pemimpin JAT. Awalnya pemimpin JI (Jamaah Islamiyah), dia keluar pindah ke MMI, lalu pada September 2008 menjadi ketua JAT," ungkap Sidney. (Viva News)
0 komentar:
Posting Komentar