Saat Sinar Memudar, Energi “Dewa Bola" Tetap Ada
Namun si “Tangan Tuhan” menegaskan kalaupun dia harus menanggalkan jabatannya ia ingin Liones Messi cs tetap menunujukkan jati diri mereka memainkan sepak bola Argentina. Keran saat ini tim Argentina telah berada pada jalur yang tepat dengan sepak bola menyerang.
Kekalahan telak itu memang sangat pahit, bukan saja bagi Argentina namun juga untuk Maradona. Kekalahan ini bagaikan senja yang memudarkan sinar cemerlangnya dalam dunia bola.
Maradona yang selama ini selalu dikisahkan sebagai seorang yang“diinkarnasikan” ke dunia menjadi dewa bola, lahir di Villa Fiorito, sebuah perkampungan yang kumuh di pinggir kota Buenos Aires,Argentina. Ia terlahir dari keluarga yang sangat miskin dan orang pun tak mengal dia sebelumnya. Lalu ia ditemukan Francis Cornejo, pencari bakat pemin –pemain yunior Argentina.
Dasar sudah takdir Maradona kecilpun menjadi pemain terkenal yang kemudian bernama Diego Maradona. Maradona memang telah dianggap dewa oleh para pendukungnya. Apapun yang ia lakukan selalu benar dan sah, bagaikan perbuatan yang mahakuasa. Maka dari itu ketika pada Piala Dunia 1986 ia membuat gol dengan tangannya ke gawang Ingggris yang dikawal Peter Shilton, gol itupun sah dan menjadi sejarah yang terkenal dengan sebutan “gola tangan Tuhan”.
Namun sayang setelah tak lagi bermain sikap arogan dan ketergantungannya pada kokain, membuatnya harus jatuh bangun menghadapi hidup. Namun saat ditunjuk menjadi pelatih timnas Argentina, kehidupannya pun mulai berubah dia tak lagi hidup dengan sikap liarnya. Dengan setelah jas yang membalut tubuhnya Maradona lebih terlihat rapi saat berdiri dipinggir lapangan mendampingi timnya.
Publik Argentina pun tak meragukan kemampuannya walau memiliki pengalaman kepelatihan yang sangat singkat. Mereka tetap yakin apapun yang disentuh Maradona akan berubah menjadi emas. Namun setelah dilibas Jeraman, orang pun sadar, Maradona bukanlah dewa yang selalu bisa menang dan wujud sang legenda telah kembali menjadi orang biasa yang bisa kalah dan gagal. Akhirnya mitos tentang kelihaian “dewa bola” harus gagal oleh tangan manusia.
Argentina yang dilatih oleh si “Tangan Tuhan” harus tersungkur dan kalah dari Jerman yang dilatih dengan kerja keras manusia sehingga unggul secara taktis, teknik dan strategi disegala lini. Sinar sang dewa pun seakan memudar seiring dengan bertambahnya usia. Namun Maradona tetaplah Maradona dilengan kanannya yang selalu tersembunyi dibalik jasnya tergambar tato Che Guevara. Didalam hatinya yang terdalam Maradona memang seorang revolusioner yang anarkis seperti Che Guevara.
Semangat Che memang telah membakar semangat seluruh rakyat Amerika Latin yang rela mati demi mambangun masyarakat baru. Walau gagal Maradona telah mengembalikan gaya permainan tim “tango” kebentuk sesungguhnya. Permainan gaya sepak bola menyerang yang merupakan ciri khas Argentina . Apapun itu energi “dewa bola” Maradona telah meletakkan kembali dasar sepak bola Argentina yang sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar